Rembangnews.com – Berikut fenomena langit bulan Juli 2024.
Bulan dan Mars akan terlihat bertemu dalam sebuah fenomena yang disebut konjungsi. Menurut Starwalk Space, momen spesial ini akan terjadi pada 1 Juli 2024. Mars akan berada di jarak terdekatnya dengan Bulan, membuatnya tampak bersinar terang di dekat Bulan yang hanya diterangi 28% cahayanya.
Pertunjukan indah ini akan menghiasi langit selama beberapa jam sebelum Matahari terbit, menjadikannya waktu yang tepat untuk mengamati dengan mata telanjang atau teleskop.
Bulan berpapasan dengan Mars di ufuk timur jelang dini hari. Bulan dan Mars terpisah 4,2º. Mars terbit lebih dahulu pada pukul 02:12 WIB disusul Bulan enam menit kemudian pada pukul 02:18 WIB. Pasangan ini bisa diamati sampai saat Matahari terbit pada pukul 06:02 WIB dengan Bulan dan Mars berada 45º di atas horison timur saat Matahari terbit.
Setelah perjumpaan romantisnya dengan Mars pada 1 Juli, Bulan akan kembali menghibur kita dengan pertunjukan kosmik lainnya. Pada 3 Juli 2024, Bulan akan berkonjungsi dengan Jupiter, planet raksasa yang terkenal dengan bintik merahnya.
Jupiter yang sangat terang akan terlihat bersinar di dekat Bulan yang hanya diterangi 7% cahaya. Pertunjukan ini akan menghiasi langit sebelah timur, menjadikannya pemandangan yang menakjubkan bagi para pengamat langit.
Konjungsi Bulan dan Jupiter bukan hanya indah untuk dilihat, tetapi juga peluang belajar astronomi yang menarik. Fenomena ini menunjukkan bagaimana tata surya kita bergerak dan bagaimana benda-benda langit saling berinteraksi.
Pada 5 Juli 2024, Bulan akan berada di sisi Bumi yang sama dengan Matahari, membuatnya tersembunyi dari pandangan kita. Menurut Sea Sky, malam ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati objek-objek redup di langit. Tanpa cahaya Bulan yang mengganggu, Anda dapat melihat galaksi dan gugus bintang dengan kejernihan yang luar biasa.
Ini adalah kesempatan emas bagi para astronom amatir dan profesional untuk menjelajahi keajaiban alam semesta. Siapkan teleskop, kamera, atau bahkan mata telanjang Anda, dan bersiaplah untuk terpesona oleh keindahan kosmos yang tak terhingga.
Fenomena Aphelion bakal terjadi pada 5 Juli. Aphelion merupakan fenomena ketika Bumi berada di titik terjauh dari Matahari. Mengutip Time and Date, pada saat fenomena Aphelion tahun ini, jarak dari pusat Matahari ke pusat Bumi adalah 152.099.968 km atau sekitar 94.510.539 mil.
Aphelion terjadi karena orbit Bumi tidak sepenuhnya melingkar sempurna, tetapi berbentuk elips. Jarak Bumi dan Matahari bervariasi sekitar 3 persen sepanjang tahun. Observatorium Bosscha mengungkap, di Indonesia fenomena Aphelion akan terjadi pada Jumat (5/7) pukul 12.06 WIB.
Bulan berpapasan dengan Spica, bintang terang di rasi Virgo dengan jarak 3,5º. Keduanya bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai tengah malam saat Spica dan Bulan terbenam beriringan. Spica terbenam pukul 23:52 WIB sedangkan Bulan terbenam pukul 00:17 WIB.
Bulan berpapasan dengan Antares, bintang terang di rasi Scorpius dengan jarak 2,1º. Keduanya bisa diamati sejak Matahari terbenam sampai lewat tengah malam saat Antares dan Bulan terbenam beriringan. Bulan terbenam pukul 02:48 WIB dan disusul Antares pada pukul 02:52 WIB.
Fenomena ini memiliki beberapa julukan menarik, yaitu Buck Moon, Thunder Moon dan Hay Moon. Julukan-julukan ini berasal dari tradisi suku-suku asli Amerika. Buck Moon mengacu pada tanduk baru yang mulai tumbuh pada rusa jantan di bulan Juli. Thunder Moon dikaitkan dengan badai petir yang sering terjadi di bulan ini. Hay Moon menandakan musim panen jerami yang dimulai pada bulan Juli.
Bulan purnama terjadi ketika Bulan berada di sisi berlawanan Bumi dengan Matahari. Posisi ini membuat permukaan Bulan sepenuhnya diterangi oleh cahaya Matahari, sehingga tampak bersinar terang dan penuh di langit malam.
Fenomena Bulan Purnama Buck Moon atau Purnama Rusa akan terjadi pada 21 Juli 2024.
Bulan Purnama di bulan Juli ini disebut Purnama Rusa karena menandakan tanduk baru yang muncul di dahi rusa saat ini berlangsung.
Mengutip Space, biasanya Bulan purnama tidak sepenuhnya purnama. Kita selalu melihat sisi bulan yang sama, tetapi sebagian dari sisi tersebut berada dalam bayangan, karena rotasi bulan. Hanya ketika bulan, bumi dan matahari berada dalam posisi sejajar sempurna, barulah bulan akan menjadi 100 persen purnama.
Elongasi maksimum merupakan fenomena ketika benda langit berada pada sudut tertinggi dari Matahari. Ketika elongasi maksimum terjadi, Merkurius akan berada pada sudut tertinggi dari Matahari.
Menurut NASA, pada elongasi timur, Merkurius akan terlihat di langit malam sebagai bintang senja karena tampak mengikuti Matahari dalam pergerakannya setiap hari melintasi langit akibat rotasi Bumi.
Page: 1 2
Rembang, Rembangnews.com – Pelaku usaha desa wisata Rembang mendapat pelatihan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah…
Rembangnews.com – Sebanyak lima perusahaan diduga menjadi biang kerok pencemaran lingkungan khususnya air Sungai Brantas…
Rembangnews.com - Kejadian Luar Biasa (KLB) campak kembali muncul, salah satunya di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.…
Rembangnews.com - Kejaksaan Negeri Kabupaten Magelang menggelar pemusnahan barang bukti tindak pidana umum serta barang rampasan…
Rembangnews.com - Pemerintah melalui Kementerian Sosial akan segera membentuk Gugus Tugas Pengendalian Operasional Sekolah Rakyat.…
Rembang, Rembangnews.com – Konser penyanyi asal Ngawi, Denny Caknan di Kabupaten Rembang pada Selasa (26/8/2025)…
This website uses cookies.