Rembang, Rembangnews.com – Industri terasi tradisional di Desa Leran, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang semakin menggeliat.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang mendukung perkembangan industri terasi di Leran dengan melakukan penyuluhan dan memberikan bantuan dalam perizinan.
Selain itu Pemkab juga membantu pelaku usaha memastikan produk terasi higienis dan aman dikonsumsi.
“Kami juga memfasilitasi label dan stiker untuk meningkatkan daya saing produk,” ujar Pendamping Industri Rumahan dari Dinsos PPKB Rembang, Zaenab Hafidz.
Letak Kabupaten Rembang yang berada di tepi laut utara Jawa memang memberi keuntungan tersendiri. Termasuk mendukung untuk melakukan produksi terasi. Desa Leran sendiri memiliki sebanyak 30 pelaku usaha terasi.
Salah satunya, Ngalimun (55) dan Siti Nurwati (46), yang menjalankan usaha terasi turun temurun. Bahan utama terasi produksinya adalah udang kecil atau rebon yang dibeli dari nelayan setempat. Sehingga produksi terasi bergantung pada hasil tangkapan nelayan, yang bisa menurun saat musim baratan.
Produksi terasi masih dilakukan dengan cara tradisional, mulai dari penumbukan udang hingga pengemasan.
“Udang ditumbuk, dijemur selama dua hari sampai kering, dan disimpan dalam karung,” ujarnya.
Harga terasi produksinya dihargai Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram tergantung pada harga rebon di tingkat nelayan. Terasi produksinya biasanya dijual di pasar-pasar lokal. (*)