Buku Habis Gelap Terbitlah Terang Dikupas dalam Seminar di Museum RA Kartini

Rembang, Rembangnews.comBuku Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), kumpulan surat-surat R.A. Kartini kepada teman-temannya di Eropa dikupas dalam acara seminar bertajuk “Kajian Museum Door Duisternis Tot Licht” yang digelar di Museum R.A. Kartini.

Sub Koordinator Sejarah, Museum, dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Rembang, Retna Diah Radityawati mengatakan bahwa selama ini belum ada kajian mendalam terkait buku tersebut.

“Sejauh ini belum pernah dilakukan kajian mendalam terkait buku Door Duisternis Tot Licht yang merupakan koleksi Museum R.A. Kartini,” jelasnya.

Oleh karena itu, para narasumber dari kalangan aktivis perempuan hingga pakar sejarah perempuan dihadirkan dalam momen tersebut. Ada juga Asosiasi Museum Jawa Tengah dan Asosiasi Museum PakudJembara (Pati, Kudus, Demak, Jepara, Rembang, dan Blora).

Baca Juga :   Pemkab Rembang Komitmen Perhatikan Kesejahteraan Penyandang Disabilitas

“Seminar ini memaparkan sejarah perempuan secara umum, baik sejarah R.A. Kartini maupun peran perempuan dalam sejarah nasional Indonesia,” ungkap Retna.

Hasil seminar tersebut juga diharapkan dapat menjadi rujukan perihal buku tersebut.

“Ini merupakan rujukan terlengkap atau yang dianggap lebih recommended tentang Door Duisternis Tot Licht,” tambahnya.

Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Kabupaten Rembang, Hasiroh Hafidz mengatakam bahwa kegiatan tersebut memberikan dampak positif bagi eksistensi museum dan memperkenalkan pentingnya sejarah Kartini.

“Museum ini semakin hari semakin bagus. Dengan memperkenalkan museum ini, masyarakat akan tahu surat-surat R.A. Kartini yang dulu mendobrak kemerdekaan perempuan,” ujarnya.

“Dengan adanya kegiatan ini, wawasan kita semakin luas dan semakin baik, sehingga memberikan manfaat bagi para peserta,” tutupnya.

Baca Juga :   Bupati Rembang Ingatkan Satlinmas untuk Pahami Tupoksi dalam Pemilu

Sementara itu, pemateri seminar, Citra Iqliyah memaparkan mengenai bias yang menyebut wanita hanya sebagai pemuas seksualitas.

“Meski masih ada tantangan, figur dan imaji perempuan kini semakin dihargai,” ungkap Citra. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *