Sekolah Lapang Tunjukkan Dampak yang Bagus bagi Petani Rembang

Rembang, Rembangnews.com – Sekolah Lapang yang merupakan salah satu program dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia terbukti menunjukkan dampak positif bagi para petani.

Salah satunya petani Desa Japerejo Kecamatan Pamotan yang berhasil panen padi semi organik.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menjelaskan bahwa petani telah mengikuti Sekolah Lapang (SL) selama enam bulan sebelumnya dimulai pada Februari. Kini di musim kemarau, para petani pun bisa menuai hasilnya.

“Hasil ubinannya 5 kilogram atau 6,8 ton / hektar padi kering panen. Harapannya Sekolah Lapang di sini bisa menjadi contoh dan diaplikasikan di daerah lain,” jelas Agus.

Baca Juga :   Bupati Hafidz Minta Jajarannya Manfaatkan Teknologi dalam Jalankan Program

Ada dua desa yang melaksanakan Sekolah Lapang yaitu Desa Japerejo dan Ringin Kecamatan Pamotan. Sedangkan pesertanya adalah sepuluh kelompok tani yang praktek sesuai dengan arahan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

Sementara itu, Penanggung Jawab Sekolah Lapang Kabupaten Rembang dari Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang Lutvan Makmun menjelaskan bahwa program Sekolah Lapang tak hanya dilaksanakan di Rembang, melainkan juga di delapan kabupaten lainnya.

Tujuan dari program tersebut adalah untuk mengatasi ketergantungan para petani terhadap pupuk kimia.

“Tujuan SL ini untuk mengatasi mahal dan terbatasnya jumlah pupuk kimia atau konvensional. Pupuk organik ini mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, dari sisi kualitas tanaman mengalami pertumbuhan cukup bagus, dari sisi perawatan tidak membutuhkan perlakuan sulit dan hasilnya tidak kurang dari yang mereka tanam sebelumnya,” lanjutnya.

Baca Juga :   Sempat Khawatir, Penyandang Disabilitas Asal Gunungsari Bersyukur Dapat Bantuan untuk Sekolah

Jarum salah seorang petani di Rembang mengakui bahwa penggunaan pupuk organik lebih menghemat biaya pengeluarannya. Terlebih jatah pupuk subsisdi juga terbatas. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *