Rembangnews.com – Tingkat inflasi di Jawa Tengah pada bulan Oktober 2024 mencapai 1,6 persen secara Year on Year (YoY).
Sekretaris Daerah Jateng Sumarno mengatakan bahwa inflasi tersebut terkendali. Namun secara Month to Month, inflasi pada Oktober sedikit terkerek dibanding September, yang tercatat 0,05 persen.
“Kalau kita lihat secara YoY itu 1,6 persen. Justru di bawah ring yang kita tetapkan dalam perencanaan inflasi itu 2,5 plus minus satu. Menurut kami cukup terkendali,” ujarnya.
Ada lima komponen yang turut andil mengerek inflasi (kenaikan harga). Yaitu perhiasan emas, beras, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, dan bahan bakar rumah tangga. Sementara itu, penyumbang deflasi di antaranya bensin, cabai merah, telepon seluler, cabai rawit, dan wortel.
“Kita, Jateng, yang menyebabkan itu makanan minuman, sigaret atau rokok. Mudah-mudahan ini secara dampak riil di lapangan, karena angkanya segitu tak begitu signifikan terhadap masyarakat,” tuturnya.
Kepalas BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih mengatakan, Jawa Tengah sempat mengalami deflasi empat bulan. Namun demikian, pemerintah dalam hal ini Pemprov Jateng telah berusaha mengerem kenaikan harga barang.
“Pemicu inflasi adalah daging ayam ras, kemudian bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, bawang merah, dan kopi bubuk. Namun untuk bahan bakar rumah tangga (gas) sudah ada peraturan gubernur, untuk mengatur itu supaya harga terkendali,” pungkasnya. (*)