Rembangnews.com – Salah satu tradisi yang masih terus dilestarikan masyarakat Kabupaten Rembang adalah tradisi kupatan.
Tradisi ini biasanya dilakukan seminggu usai Hari Raya Idulfitri.
Tradisi kupatan memiliki makna filosofis. Ketupat dibuat dari beras yang dibungkus dengan daun kelapa muda atau janur yang dianyam. Kata janur sendiri merupakan akronim dari bahasa Arab yang berarti telah datang seberkas cahaya terang.
Penggunaan janur sebagai pembungkus ketupat memiliki makna yang dalam mengenai harapan manusia untuk mendapatkan petunjuk Allah menuju jalan yang benar.
Saat tradisi kupatan, masyarakat akan mulai membuat ketupat, sebagai simbol yang melambangkan kesucian dan keberkahan.
Ketupat-ketupat yang dibuat nantinya akan disusun rapi dan disajikan bersama berbagai hidangan khas seperti opor ayam, sambal goreng, dan sayur lodeh.
Pada momen ini, masyarakat biasanya berkumpul di balai desa atau tempat-tempat umum lainnya. Mereka akan saling berbagi hidangan dengan disertai cerita. Berbagai kegiatan hiburan tradisional biasanya juga digelar bersamaan dengan tradisi kupatan ini.
Tradisi ini pun menjadi sarana untuk mempererat silaturahmi antar warga. Selain itu, perayaan ini juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan religi. Keberadaan tradisi ini pun membuat suasana di masyarakat semakin meriah dan menggembirakan.
Oleh karena itu, tradisi ini menjadi hal yang patut untuk dilestarikan dan dijaga keberadaannya. (*)