Rembangnews.com – Benarkah pola asuh tiger parenting membuat anak sukses di masa mendatang? Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak – anaknya. Mereka mengharapkan anaknya berprestasi, membanggakan, dan sukses di kemudian hari.
Namun, kebanyakan orang tua mencapai hal tersebut dengan menerapkan cara yang tidak tepat. Salah satunya dengan menerapkan pola asuh tiger parenting. Dalam pola asuh tersebut, orang tua menaruh harapan atau ekspektasi tinggi terhadap anak, paling umum terjadi pada aspek akademis. pola asuh ini menggunakan metode yang keras untuk mendorong anak mencapai tujuan dan harapan orang tua.
Para tiger parents yakin bahwa tindakan ketat perlu untuk membuat anak tangguh, percaya diri, sukses, dan sebagai persiapan untuk masa depan.
Tiger parenting identik dengan aturan dan konsekuensi untuk mencapai ekspektasi orang tua terhadap anak. Bahkan untuk mencapai ekspektasi tersebut, orang tua tidak segan – segan memberikan fasilitas yang orang tua rasa perlu untuk perkembangan anak, misalnya les privat tambahan agar nilai anak di sekolah menjadi sempurna.
Orang tua bahkan bisa membatasi sosialisasi anak dengan teman – teman, demi anak bisa belajar atau berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler berstatus tinggi. Tidak jarang terjadi, orang tua juga menggunakan ancaman emosional dan hukuman fisik ketika anak melakukan kesalahan.
Simak penjelasan lengkapnya berikut mengenai tiger parenting :
Pola Asuh Tiger Parenting
Pengertian Tiger Parenting
Metode tiger parenting merupakan salah satu pola asuh yang sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan para orang tua di seluruh dunia. Pola asuh tiger parenting pertama kali diperkenalkan oleh penulis Amy Chua lewat bukunya, Battle Hymn of The Tiger Mother.
Wanita yang merupakan professor hukum di Universitas Yale, Amerika Serikat ini menulis tentang pengaruh kebudayaan China yang dimilikinya, dalam pola pengasuhannya. Dalam buku Tiger Mom ini, Ia mengungkapkan perihal jenis parenting yang dipraktikkannya dalam mendidik anak – anaknya.
Beberapa hal memicu pro kontra dari banyak pihak. Namun Chua yakin, cara tersebut sangat bermanfaat. Menurutnya dampak positif tiger parenting terlihat dari kesuksesan anak – anaknya di akademik maupun non akademik.
Tiger parenting adalah metode pengasuhan yang ketat, keras, dan menuntut. Meski begitu, orang tua dengan pola asuh ini bertujuan untuk membuat anak – anak tumbuh dengan tangguh, percaya diri, sukses, dan mempersiapkan dirinya untuk masa depan. Kebanyakan orang tua tidak menyadari kalua selama ini telah menerapkan pola asuh tiger parenting dalam membesarkan anaknya.
Tiger parenting berbeda dengan otoriter parenting. American psychological Association (APA) mengatakan, tiger parenting mencakup pola asuh negatif dan positif sekaligus. Misalnya keberadaan aturan ketat sekaligus kehangatan dan dukungan penuh dari orang tua pada anak.
Ciri – Ciri
Untuk membantu Anda memahaminya, simak ciri – ciri tiger parenting sebagai berikut :
- Memaksa anak mematuhi semua peraturan
Apabila terdapat paksaan, maka anak akan mengikuti peraturan hanya karena rasa takut, tetapi perilakunya tidak akan bertahan lama.
- Anak tidak boleh berpendapat
Penting bagi orang tua untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk mengemukakan pendapat. Meskipun tidak setuju dengan pendapat anak, orang tua tetap perlu mendengarkan dan menghargai pendapat anak.
- Orang tua selalu benar
Sebagai manusia, kita pasti pernah berbuat salah. Jadi, orang tua tidak selalu benar. Ada kalanya orang tua salah, orang tua perlu mengakui dan meminta maaf ke anak.
- Anak tidak boleh berbuat salah
Anak dituntut untuk sempurna, tidak boleh berbuat salah. Padahal anak masih belajar, sehingga wajar saja melakukan kesalahan.
- Terlalu ketat
Mereka melarang anaknya melakukan apa yang mungkin menurut orang tua akan menghabiskan waktu dan tidak berguna.
- Punya harapan yang tinggi
Orang tua dengan pola asuh tiger parenting mengharapkan anak – anak mereka untuk berprestasi dan memberikan upaya terbaik mereka dalam segala hal yang mereka lakukan. Jika seorang anak gagal, mereka terkena tegur karena membuat malu keluarga.
- Pendekatan berbasis rasa takut
Orang tua dengan tiger parenting berada dalam posisi otoritas. Anak diharapkan untuk menghormati mereka. Tidak boleh menjawab, membantah, atau menentang pendapat mereka.
Jika anak tidak setuju, mereka didisiplinkan dengan ancaman emosional atau hukuman fisik.
- Kurangnya ruang untuk anak
Orang tua memiliki kendali penuh atas kehidupan anak mereka. Anak dibesarkan untuk membuat keputusan berdasarkan persetujuan orang tuanya. Tidak ada penekanan pada pengaturan diri atau pemikiran mandiri.
Dampak Terhadap Anak
Segala hal pada dasarnya memiliki dampak positif dan negatif, termasuk juga tiger parenting. Berikut adalah dampak positif dari pola asuh ini terhadap anak:
- Semangat untuk mencapai kesuksesan. Anak – anak akan menunjukkan potensi yang sebenarnya dan belajar menjadi lebih baik agar bisa mencapai kesuksesan.
- Sangat berorientasi pada tujuan. Membentuk anak – anak dengan pola pikir yang dewasa dan dapat menempatkan dirinya dengan baik serta menciptakan anak – anak yang fokus berorientasi pada tujuan mereka.
- Lebih disiplin. Adanya dorongan dari pola asuh tiger parenting, maka mereka akan memahami pentingnya kedisiplinan dan menerapkan dalam diri mereka.
- Tanggung jawab yang meningkat. Tiger parents menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri mereka, meskipun dengan pola asuh yang ketat dan keras.
Berikut dampak negatifnya terhadap anak :
- Selalu merasa takut. Pola asuh dengan tekanan yang tinggi membuat anak – anak selalu takut akan melakukan kesalahan. Sebab, orang tua dengan pola asuh ini bisa saja menggunakan cara kasar sebagai hukuman atas kesalahan yang anak – anak lakukan.
- Hal ini akan menimbukan anak – anak ketakutan akan perfeksionisme dari orang tua, dan mungkin akan menghambat pertumbuhan mereka.
- Kognitif dan emosional yang buruk. Menciptakan perkembangan anak yang kognitif dan emosional yang buruk pada anak.
- Menghambat kreativitas. Pola asuh yang keras dari orang tua bisa menghambat kreativitas dan pertumbuhan anak – anak.
- Tingkat tekanan yang tinggi. Orang tua percaya bahwa pola asuh yang mereka terapkan akan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, sehingga mereka memiliki harapan akan memiliki hasil sesuai ekspektasi mereka. Hal tersebut memungkinkan anak memiliki perasaan tertekan akibat pola pikir orang tua mereka.
- Kesulitan dengan keterampilan sosial. Pola asuh ini berdampak juga pada keterampilan sosial anak yang menyebabkan mereka kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
- Peningkatan kecemasan dan depresi. Hidup penuh dengan rasa takut berlebihan dapat menumbuhkan kecemasan dan depresi pada anak – anak.