Rembang, Rembangnews.com – Bupati Rembang, Abdul Hafidz mendirikan pondok pesantren (Ponpes) baru dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Desa Pamotan Kecamatan Pamotan.
Lokasi tersebut berada di komplek rumah pribadi Bupati Hafidz. Launching ponpes dan SMK sendiri telah dilakukan pada Senin sore (30/1/2023) kemarin dengan dihadiri oleh belasan ribu warga, rektor Universitas Ngudi Waluyo Semarang dan KH. Anwar Zahid.
Abdul Hafidz mengungkapkan bahwa sekolah kejuruan yang dirintisnya itu berkonsep boarding school dan diharapkan bisa menjawab keluhan masyarakat yang dia terima selama ini.
Ia juga menyinggung masalah warga yang banyak berfikiran salah mengenai anak yang lulus dari sarjana. Dimana masyarakat banyak yang menganggap para lulusan sarjana akan menjadi PNS. Padahal hal itu adalah pemikiran yang tidak tepat.
“Pak Bupati nyuwun tulung anak kulo dadoske pegawai negeri teng pundi mawon anak kulo sampun sarjana. Orang kalau tidak paham birokrasi tahunya kalau sudah sarjana bisa jadi pegawai negeri, kalau sudah sarjana gampang golek gawean, ternyata mboten. Keluhan dulu sampai sekarang sama,” ungkapnya.
Ponpes dan SMK yang ia dirikan pun diharapkan akan mampu meluluskan siswa dengan ilmu agama yang baik, memiliki keterampilan, mempunyai pekerjaan dan bisa menjadi sarjana.
“Paket inilah yang kami tempuh dan pembangunan ini sebagai awalnya. Kula kepengin warga masyarakat Rembang niku sejahtera karena berilmu. Ilmu akhirat dan ilmu dunia. Itu yang kita cita-citakan,” imbuhnya.
Kepala daerah yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Ma’hadu ‘Ulum Asy-Syar’iyyah (MUS), Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang itu memperkirakan pada tahun ajaran baru nanti Ponpes dan SMK nya sudah bisa menerima santri baru.
Pembangunan gedung SMK diperkirakan selesai pada bulan April 2023 dan disusul pembangunan ponpes selesai pada bulan Juni 2023.
Sementara itu Rektor Universitas Ngudi Waluyo, Subyantoro mengapresiasi berdirinya sekolah model boarding school yang diinisiasi Bupati Rembang.
Diungkapkannya pendidikan model ini, telah banyak digandrungi masyarakat. Banyak orang tua yang kesulitan mengatur waktu termasuk mendidik anak- anaknya di rumah karena kesibukan bekerja. Faktor itulah banyak orang tua yang lebih memilih sekolah yang terintegrasi antara pendidikan agama dengan dengan pendidikan umum untuk menjadi tempat pendidikan anak mereka.
“Menurut hitungan nasional. Anak-anak usia sekolah menengah yang baru tertampung di dunia pendidikan itu jumlahnya kira-kira baru 81%. Apalagi kalau di pendidikan tinggi, persentasenya lebih kecil. Baru 31%. Anak-anak yang seharusnya kuliah namun tidak bisa kuliah karena berbagai alasan. Salah satunya karena biaya. Kalau kecerdasan, tekad, keinginan mereka punya,” pungkasnya. (*)