Rembang, Rembangnews.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang mendorong para generasi milenial untuk memanfaatkan teknologi dalam sektor pertanian. Utamanya saat menghadapi kondisi iklim yang tak menentu seperti saat ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan mengatakan bahwa ada sebanyak 26 ribu hektar lahan pertanian dan tegalan sekitar 28 hektar. Dari jumlah tersebut, hanya 4 ribu hektar lahan yang memiliki pengairan irigasi. Sedangkan sisanya merupakan lahan tadah hujan.
Sehingga hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Banyak milenial enggan terjun ke sektor pertanian, jelasnya, salah satunya karena tantangan tersebut.
“Berdasarkan data BPS Rembang 2023, jumlah petani milenial di Kabupaten Rembang saat ini baru mencapai 18 ribu orang atau 19% dari total sekitar 90 ribu petani,” kata Agus Iwan.
Pihaknya pun berusaha menjadi jembatan bagi petani yang rata-rata berusia di atas 50 tahun dengan para anak muda. Harapannya jumlah petani milenial di Kabupaten Rembang kian bertambah.
“Pemkab sudah semaksimal mungkin memfasilitasi pertanian mulai dari bantuan alsintan setiap tahun ratusan unit kita distribusi. Kemudian fasilitas pertanian ada jalan usaha tani, embung, itu terus kita kembangkan. Kemudian bibit-bibit, pupuk dan yang lainnya,” ujar Agus Iwan.
Ia mengatakan bahwa ada sejumlah 18 ribu petani milenial. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10 ribu petani sudah menggunakan teknologi. Sedangkan 8 ribu petani milenial lainnya masih menggunakan cara konvensional.
“Milenial itu muda energik plus tidak gaptek teknologi, harus bisa mengakses teknologi digital. Itu yang akan membedakan petani muda biasa dengan petani muda milenial. Oleh karena itu kami sangat berharap pengembangan SDM petani muda ini terus diupayakan bersama agar estafet pelaku pertanian di Rembang bisa berjalan baik,” tambahnya.
Bupati Rembang Abdul Hafidz mengatakan bahwa pihaknya selalu memprioritaskan sektor pertanian.
“Dengan perubahan iklim yang ada ini maka teknologi yang bisa menjawab. Teknologi bisa dioperasikan ketika petani milenial yang memiliki SDM yang cukup. Ini yang akan kita perhatikan. Siklus ini lah yang saya kira tepat sekali untuk berbenah diri, berfikir jauh ke depan dengan perubahan yang ada ini,” pungkas Bupati Abdul Hafidz. (*)