Rembang, Rembangnews.com – Perubahan konsep gelaran festival Tong Tong Lek menjadi terpusat menuai berbagai reaksi dari masyarakat Rembang. Tak sedikit pula yang menganggap hal itu menunjukkan ketidakpedulian pada seni budaya.
Mengenai hal tersebut, Bupati Hafidz pun buka suara. Ia menegaskan bahwa pelaksanaan festival secara terpusat justru untuk melestarikan budaya Tong Tong Lek sesungguhnya.
“Kita bukannya menghilangkan budaya, tetapi ingin menunjukkan budaya dulu itu seperti apa. Sekarang bayangkan tong- tong klek dimodifikasi seperti itu ramainya, sehingga aslinya itu malah justru akan hilang, itu yang tidak kita inginkan,” paparnya.
Pihaknya juga terbuka terhadap berbagai keinginan masyarakat yang biasanya menginginkan ada unsur hiburan dalam gelaran acara tersebut. Meskipun jika dibuat sesuai keinginan Bupati, ia menginginkan gelaran sholawatan saja.
Namun pihaknya tetap menghadirkan musik kesukaan masyarakat mulai dari genre pop hingga dangdut.
“Kalau soal hiburan kami biasa ngundang kotak 2 kali, Aura Kasih, saya memang suka sholawatan tapi kita penuhi semua keinginan masyarakat. Jadi kalau ada plintiran saya harus meluruskan,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia menilai tidak tepat jika pihaknya dikatakan tidak peduli budaya. Sebab, sebelumnya juga ada pagelaran wayang kulit, kethoprak, hingga tarian tradisional seperti orek- orek untuk penampilan pembuka acara kedinasan.
Alasan pihaknya menggelar secara terpusat karena menghindari kerusakan area publik itu.
“Jangan sampai alun- alun yang telah kita rawat, kita bangun jadi hancur dalam semalam. Alhamdulillah alun- alun selama ini kalau ada acara aman- aman saja, sudah teruji ,coba kalau tong- tong klek jalan langsung rusak semua sepanjang jalan, kotor, rusak, semua sudah kita perhatikan” jelasnya. (*)