Rembangnews.com – Tak hanya dianjurkan untuk membaca doa usai mendengar adzan, umat Islam juga dianjurkan menjawab seruan adzan.
Dalam sebuah hadist disebutkan cara bagaimana umat Islam harus menjawab saat adzan dikumandangkan. Yaitu dengan mengucapkan lafal sama seperti yang diucapkan muadzin. Hal ini disarkan pada hadist berikut.
“Jika kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin. Kemudian bershalawatlah untukku. Karena siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat padanya (memberi ampunan padanya) sebanyak sepuluh kali. Kemudian mintalah wasilah pada Allah untukku. Karena wasilah itu adalah tempat di surga yang hanya diperuntukkan bagi hamba Allah, aku berharap akulah yang mendapatkannya. Siapa yang meminta untukku wasilah seperti itu, dialah yang berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim no. 384).
Dalam riwayat lain yaitu hadits hasan riwayat Imam Ibnu Khuzaimah, Imam al-Hakim, Imam al-Nasai, Imam Ahmad, dan Imam Abu Ya’la juga menyebutkan mengenai hal ini.
“Aku mendengar Abu al-Malih bercerita dari Abdullah bin ‘Utbah, dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha bahwa sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mendengar muadzin (mengumandangkan adzan), Nabi berucap sebagaimana ucapan muadzin hingga ia diam (berhenti).”
Hadist-hadist di atas sudah sangat jelas jika sunnah hukumnya untuk menjawab seruan adzan. Cara menjawab adzan ialah dengan melafalkan ucapan serupa.
Namun untuk lafal “hayya ala assholat dan hayya ala alfalaah” dibalas dengan “la haula walla quwwata illa billah”. Hal itu sesuai dengan hadist berikut.
Dari Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mendengar muadzin mengumandangkan adzan beliau berucap seperti yang diucapkan muadzin. Ketika muadzin berucap: Hayya ‘alash shalah, hayya ‘alal falah, Nabi mengucapkan: Laa haula wa laa quwwata illaa billahi” (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah).” (HR Imam Ahmad bin Hanbal).
Lafal doa setelah mendengar adzan
Allaahumma robba haadzihid da’watit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal ‘aaliyatar rofii’ah, wab’atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa’adtah, innaka laa tukhliful mii’aadz.
Artinya: “Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna dan sholat yang ditegakkan ini, berikanlah dengan limpah karunia-Mu kepada Nabi Muhammad kedudukan dan keutamaan (paling tinggi) dan limpahkanlah kepadanya tempat yang terpuji yang telah engkau janjikan.”