Rembangnews.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut bisa meningkat seiring dengan perubahan iklim.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudhi.
“Maka dampak perubahan iklim ini cukup besar terkait kejadian [DBD]-nya. Jadi cuaca ekstrem, kemudian kenaikan permukaan air laut, dan sosio-ekonomi demografi ini akan banyak sekali berpengaruh terhadap dengue,” katanya dilansir dari Bisnis.com.
Ia menyebut kondisi suhu, kelembapan, curah hujan, hingga kecepatan angin mempengaruhi perkembangbiakan vektor, menjamurnya tempat pembiakan, hingga kemampuan terbang vektor nyamuk.
“Ini akan berpengaruh terhadap jumlah vektor atau parasit pada vektornya, kemudian perkembangbiakan vektor nyamuknya, memicu banyaknya breeding place, dan juga kemampuan terbang vektor nyamuknya,” paparnya.
Apabila suhu di lingkungannya meningkat, maka frekuensi gigitan nyamuk juga akan semakin meningkat.
“Pada kondisi 18 derajat, nyamuk itu mengisap darah atau menggigit itu setiap 5 hari sekali. Tapi begitu suhunya naik menjadi 33 derajat, maka dia akan mengisap darah setiap dua hari sekali. Otomatis dengan semakin seringnya dia menggigit, maka kemampuan dia untuk menularkan penyakit juga akan semakin besar,” lanjutnya. (*)