Rembangnews.com – Pada Senin, 1 Agustus 2022, anak kembar siam bernama Arthur dan Bernardo Lima kelahiran Brazil akhirnya berhasil dipisahkan melalui prosedur operasi menggunakan teknologi realitas virtual.
Arthur dan Bernardo Lima awalnya menyatu kepala dan otaknya. Mereka adalah kembar kraniopagus, yaitu keadaan yang sangat langka di mana tengkorak kepala mereka menyatu. Sehingga dokter pun menyebut jika kasus ini merupakan yang tersulit dari kasus kembar siam lainnya.
Sebelumnya, mereka telah bertahan dalam kondisi itu selama hampir empat tahun lamanya. Mereka banyak menghabiskan waktu di rumah sakit Rio de Janeiro dengan dilengkapi tempat tidur khusus.
Mereka pun kini akhirnya bisa saling menatap wajah satu sama lain usai melakukan sembilan operasi. Operasi puncaknya dilakukan pada hari Senin. Para tim dokter pun menghabiskan waktu hingga 27 jam marathon demi untuk keberhasilan memisahkan keduanya.
Prosedur ioperasi ini dibantu oleh badan amal medis yang berbasis di London, Gemini Untwined. Mereka menjelaskan mengenai pemisahan tersebut sebagai yang paling menantang dan kompleks sampai saat ini. Pasalnya, selain kepala yang menyatu, mereka juga berbagi beberapa pembuluh darah yang vital.
“Si kembar memiliki kondisi yang paling serius dan sulit, dengan risiko kematian tertinggi untuk keduanya,” kata ahli bedah saraf Gabriel Mufarrej dari Institut Otak Negeri Paulo Niemeyer (IECPN) di Rio dilansir dari Kompas.
Dengan keberhasilan ini, mereka pun merasa puas dengan hasilnya karena tidak ada yang percaya dengan operasi ini pada awalnya.
“Kami sangat puas dengan hasilnya, karena tidak ada orang lain yang percaya pada operasi ini pada awalnya, tetapi kami selalu percaya bahwa ada peluang,” katanya.
Anggota tim medis bahkan berjumlah hampir 100 staf. Tahap akhir operasi sudah dilakukan pada 7 dan 9 Juni dengan menggunakan realitas virtual.
Teknologi tersebut membantu melakukan pemindaian otak untuk membuat peta digital tengkorak. Ahli bedah juga melakukan latihan untuk prosedur dalam operasi percobaan realitas virtual trans-Atlantik.
“Sungguh luar biasa, sangat bagus untuk melihat anatomi dan melakukan operasi sebelum Anda benar-benar menempatkan anak-anak pada risiko apa pun,” ujarnya kepada kantor berita Inggris PA.
“Anda dapat membayangkan betapa meyakinkannya hal itu bagi para ahli bedah. Melakukannya dalam realitas virtual benar-benar merupakan hal yang ‘man-on-Mars’.”
Arthur kecil yang berbaring berdampingan dengan saudaranya terlihat mengulurkan tangan untuk menyentuh tangan saudaranya dalam gambar dan video yang dirilis oleh staf medis.
Adrily Lima yang merupakan ibu kedua anak itu menangis menyatakan kelegaannya. (*)