Rembangnews.com – Banjir melanda 15 kelurahan di Kabupaten Cilacap diakibatkan oleh hujan lebat yang melanda selama enam hingga tujuh jam berturut-turut.
Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan bahwa hujan yang terjadi merupakan hujan ekstrem.
“Ini termasuk kategori hujan ekstrem. Dari data pengamatan kami curah hujan tertinggi mencapai 343 mm di Cilacap Kota, disusul Lengkong dan Jeruklegi 312 mm,” jelasnya dilansir dari Antara.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor meteorologis, antara lain anomali suhu muka laut (sea surface tempereture/SST) yang masih hangat, sehingga meningkatkan potensi penguapan yang mengakibatkan hujan.
Penyebab lainnya adalah kelembapan udara yang tinggi, kondisi labilitas atmosfer yang cukup labil, serta pengaruh faktor lokal yang kuat.
Masyarakat pun diimbau untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan air, dan tanah longsor karena hujan lebat.
“Peningkatan suhu udara ini dipengaruhi oleh gerak semu matahari yang pada Oktober telah bergeser ke selatan Khatulistiwa,” jelasnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Budi Setyawan menyebut, ada 307 warga yang mengungsi karena jebolnya tanggul Kali Yasa pada Minggu (12/10/2025) malam.
Wilayah terdampak banjir ada di tiga kecamatan wilayah perkotaan Cilacap, yakni Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan.
“Banjir tersebut berdampak terhadap 65.094 rumah serta mengganggu aktivitas warga di sejumlah sekolah dan tempat ibadah. Meskipun demikian, hingga Senin (13/10) pagi tidak ada laporan korban jiwa maupun luka-luka akibat bencana banjir tersebut,” jelasnya. (*)