Rembang, Rembangnews.com – Harga tomat di Kabupaten Rembang anjlok hingga mencapai Rp750 per kilogram. Akibatnya, petani kesulitan menutup biaya panen. Hasil panen pun terancam membusuk di lahan maupun di rumah.
“Harga ini dirasa sangat rendah oleh petani. Tidak cukup untuk biaya panen. Maka dari itu mereka berharap bantuan dari dinas teknis agar hasil panen tetap terserap,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto.
Pihaknya pun telah berupaya membantu petani dengan melakukan penyerapan hasil panen dengan melibatkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk membeli tomat hasil panen petani.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan sejumlah sekolah melalui program bertajuk #SiswaPeduliPetani, di mana setiap siswa didorong membeli antara ½ hingga 1 kilogram tomat.
Penyerapan tomat petani pun hingga kini sudah mencapai 1 ton di Kecamatan Sumber. Sedangkan di Kecamatan Rembang dan Gunem, panen raya masih berlangsung, sehingga diperkirakan volume penyerapan bakal ditambah.
Ia mengimbau agar petani tak hanya melihat tren harga pasar sesaat dalam menanam komoditas. Petani seringkali menanam komoditas secara serempak ketika harga naik. Sehingga hal itu menyebabkan kelebihan pasikan dan harga pun menjadi turun drastis.
“Kami terus wanti-wanti kepada penyuluh pertanian agar mengedukasi petani tidak hanya dalam hal teknis budidaya, tetapi juga dari sisi pemasaran. Karena situasi seperti ini bisa terus berulang, terutama untuk komoditas sayuran,” jelasnya.
Untuk mengatasi kelebihan pasokan, petani sebenarnya bisa membuat inovasi pascapanen seperti mengolah tomat menjadi Tomat Rasa Kurma (Torakur) seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT).
Dengan inovasi tersebut, nilai jualnya bisa delapan hingga sepuluh kali lipat dari harga tomat mentah serta memiliki daya simpan lebih lama.
Dengan berbagai upaya tersebut, Pemkab Rembang berharap hasil panen petani tidak terbuang sia-sia dan kesejahteraan petani dapat terus meningkat secara berkelanjutan. (*)